ORANG INDONESIA JADI PAHLAWAN DI KOREA

| Rabu, 13 Oktober 2010 | |
Di ten­gah duka bangsa Korea yang masih san­gat dalam terasa aki­bat tengge­lam­nya kapal perang Cheo­nan yang menewaskan 46 pra­ju­rit angkatan laut, nama Indone­sia harum dipuji di negeri gin­seng itu.
Ada orang Indone­sia yang dipan­dang seba­gai pahlawan dan pem­beri inspi­rasi dalam musi­bah yang mengge­tarkan hati dan meningkatkan kete­gan­gan di seme­nan­jung Korea terse­but. Peng­har­gaan ter­hadap orang Indone­sia itu dis­am­paikan peja­bat dan media setempat.
Pada 26 Maret 2010 sebuah Korvet Angkatan Laut den­gan 104 awak kapal sedang patroli rutin di perairan dekat per­batasan Korea Sela­tan dan Korea Utara. Tiba-tiba saja ter­jadi ledakan dah­syat di buri­tan. Mesin perang itu nyaris ter­be­lah dua dan tenggelam.
Saat itu pukul 21:00 waktu setem­pat. Tem­pat di Laut Kun­ing, dekat Kepu­lauan Baengyeong. Malam mulai gelap ketika operasi penye­la­matan dilakukan oleh pen­jaga pan­tai dibantu oleh nelayan pen­cari ikan yang kebe­tu­lan berada di sek­i­tar lokasi. Mereka berhasil menye­la­matkan 58 orang. Yang lain­nya tewas dan menghilang.
Salah satu kapal nelayan yang ikut dalam operasi pen­car­ian dan penye­la­matan adalah kapal ikan Geumyang No.98. Di kapal ikan itu ada Lam­bang Nurc­ahyo (36) dan Yusuf Harefa (35), dua pelaut Indone­sia. Bersama lima pelaut Korea Sela­tan, awak Geumyang ter­li­bat dalam aksi heroik penye­la­matan di laut bebas, gelap dan berbahaya.
Malang tak bisa diraih, untung tak bisa dito­lak. Kapal ikan Geumyang di ten­gah aksi penye­la­matan bertabrakan den­gan kapal kargo Kam­boja. Selu­ruh awaknya ikut tenggelam.
Jenazah Lam­bang Nurc­ahyo, bapak dua anak, dite­mukan beber­apa hari kemu­dian. Namun si lajang Yusuf Harefa hingga kini masih hilang. Upaya kemanu­si­aan pelaut Indone­sia itu diakui dan dihor­mati bangsa Korea yang ten­gah berk­abung. Mereka wafat dalam upaya mulia.
Surat kabar Korea Times hari Kamis (22/4) memuji Nurc­ahyo dan Harefa. Dalam tajuk ren­cana berjudul “Indone­sian heroes”, Korea Times menulis bahwa “Seperti para pelaut AL yang gugur itu, para nelayan Geumyang itu juga meru­pakan pahlawan-pahlawan yang telah mengam­bil risiko nyawa mereka untuk menye­la­matkan korban-korban Cheonan?.
Pemer­in­tah Korea Sela­tan ber­janji mem­berikan san­tu­nan baik kepada awak kapal Korsel maupun Indone­sia. Menteri Luar Negeri Yu Mung-hwan menyam­paikan sim­pati dan telah menulis surat sehubun­gan den­gan tragedi terse­but kepada kelu­arga Nurc­ahyo dan Harefa.
Kami meng­har­gai jasa-jasa kedua pelaut Indone­sia yang tewas dalam insi­den terse­but. Kami sung­guh menye­salkan telah ter­jadinya peri­s­tiwa ini,” kata Yu Mung-hwan.
Jadi pusat per­ha­t­ian
Orang Indone­sia lain yang men­da­pat peng­hor­matan di Seoul adalah Dirut Perum LKBN ANTARA Dr. Ahmad Mukhlis Yusuf. Ia men­jadi pusat per­ha­t­ian di Seoul karena selaku Pres­i­den Organ­isasi Kan­tor Berita Asia Pasi­fik (OANA) ia mem­inta pimp­inan media dunia yang berkumpul di negeri itu untuk berdiri dan menghen­ingkan cipta atas musi­bah yang meningkatkan kete­gan­gan di seme­nan­jung Korea.
Semoga arwah mereka beri­s­ti­ra­hat den­gan damai dan yang hilang bisa segera dite­mukan,” katanya dalam hen­ing cipta yang diikuti 68 pimp­inan kan­tor berita dari Asia Pasi­fik, Arab, Medit­era­nia, Eropa dan Balkan serta Per­dana Menteri Korea Sela­tan Chung Un-Chan.
Mukhlis Yusuf sudah tiga tahun ter­akhir ini memimpin OANA, organ­isasi kan­tor berita dari 33 negara di kawasan Asia Pasifik.
Bek­erja sama den­gan kan­tor berita Yon­hap, OANA mengumpulkan para tokoh media di Seoul untuk mem­ba­has tan­ta­n­gan dan pelu­ang yang dihadapi kan­tor berita pada era kon­ver­gensi mul­ti­me­dia. Namun, OANA Sum­mit Con­gress dibayangi kasus tengge­lam­nya Cheonan.
Meski belum bisa dibuk­tikan keter­li­batan Korea Utara dalam insi­den itu, lapo­ran media setem­pat menye­but kemu­ngk­i­nan kapal terse­but ditor­pedo atau terkena ran­jau laut yang dise­bar Pyongyang.
Ketika mem­bawa para tokoh media dari selu­ruh dunia itu bertemu den­gan Pres­i­den Lee Myung-bak di Istana Biru, Mukhlis menyam­paikan bela­sungkawa dan doa kepada para kor­ban. Pres­i­den Lee tam­pak ter­gu­gah den­gan pidato pen­gan­tar Mukhlis yang tidak diduga meny­ing­gung insi­den Cheo­nan dan doa agar bangsa Korea bisa men­gatasi musi­bah itu den­gan penuh kesabaran dan perdamaian.
Pidato Mukhlis itu­lah yang men­dorong Pres­i­den Lee meny­atakan sikap­nya atas musi­bah Cheo­nan. Sikap itu­lah yang kemu­dian men­jadi berita utama di selu­ruh dunia. Di koran-koran setem­pat, seperti The Korean Times dan Korean Her­ald, berita perte­muan Mukhlis Yusuf dan Pres­i­den Lee men­jadi berita utama di hala­man depan. Foto Mukhlis pun menghi­asi hala­man media Seoul.
Saya mulai men­gagumi anda,” kata Park Jung-Chan, Pres­i­den kan­tor berita Korea Sela­tan Yon­hap kepada Mukhlis Yusuf pada pidato jamuan makan malam selepas perte­muan di Istana Biru.
Anda berhasil mem­buat Pres­i­den Lee angkat bicara soal Cheo­nan,” katanya.
Pres­i­den Lee dan selu­ruh bangsa Korea memang san­gat ter­gun­cang den­gan musi­bah itu. Lee lang­sung menin­jau operasi pen­car­ian dan bertemu marinir yang ditem­patkan di barat Pulau Baengnyeong.
Den­gan helikopter, Lee menuju pulau dekat per­batasan Korsel-Korut itu. Kun­jun­gan Lee dimak­sud­kan untuk menghibur kelu­arga kor­ban yang menunggu den­gan cemas pen­car­ian jasad anggota kelu­arga mereka. Lee juga memer­in­tah militer agar lebih was­pada pasca tengge­lam­nya Cheo­nan. Sejak tengge­lam­nya kapal Cheo­nan militer dim­inta benar-benar mem­per­si­ap­kan diri untuk setiap aktiv­i­tas yang dilakukan Korea Utara.
Kete­gan­gan memu­ncak di seme­nan­jung Korea menyusul insi­den itu. Kemu­ngk­i­nan pecah perang baru antar Korea kem­bali men­jadi kekhawati­ran dunia. Pada­hal, Korea Utara memi­liki sen­jata nuk­lir seba­gai pemus­nah mas­sal dan rejim di Pyongyang bisa melakukan tin­dakan tidak terduga.
Namun, kekhawati­ran dunia itu bisa diredakan. Men­jawab per­tanyaan dan perny­ataan Mukhlis, Pres­i­den Lee meny­atakan tidak akan mem­balas den­dam sekalipun Pyongyang ter­bukti pal­ing bertang­gung­jawab atas insi­den Cheo­nan. Perang, menu­rut Lee, bukan pil­i­han. Pihaknya mem­bawa kasus ini kepada Dewan Kea­manan PBB.
Oleh karena itu­lah, pemimpin media dari selu­ruh dunia yang bertemu Pres­i­den Lee, memuji Mukhlis Yusuf. Pres­i­den OANA yang juga Dirut Perum ANTARA itu berhasil meng­gu­gah Pres­i­den Lee untuk meny­atakan sikap­nya yang jelas: tak boleh ada perang lagi di seme­nan­jung Korea. 
sum­ber: http://blog.unand.ac.id/prama/2010/04/29/orang-indonesia-jadi-pahlawan-di-korea/      

0 komentar: